Thursday, May 24, 2012

Tangan-tangan di dinding tembok itu

Aku ingat sewaktuku kecil aku sangat penakut. Takut gelap, takut hantu, takut buaya, takut gigiku copot, takut guru yang galak, dan banyak lainnya. Namun, satu memori masa kecilku yang sampai sekarang kuingat adalah ketika aku “melihat” bayangan tangan-tangan di dinding tembok rumah. Malam-malam aku lihat tangan-tangan itu, mereka memang tak dapat menyentuhku, namun mereka membuatku sangat-sangat takut.

http://images.fineartamerica.com/images-medium/wall-of-hands-steve-and-nanci-cannon.jpg

Suatu hari karena sangking takutnya aku, aku menceritakan semuanya pada papaku. Aku ingat persis responnya. Dia bukan bilang: “Ah mana ada itu. Cuma di film aja itu.” Atau “Itu imajinasi kamu aja, nak.” (btw mungkin waktu itu aku belum tahu arti kata imajinasi. Nasi + ajinomoto? Wkwk).

Melanjutkan keseriusan dan ketegangan cerita ini, papaku seperti mempunyai “cara lain” untuk membuatku tidak takut lagi. Tahukah kamu apa yang dia lakukan?

Sebelum aku menceritakannya, aku ingin fast forward sedikit ceritaku (kira-kira 20 tahun kemudian). Sebagai seorang mahasiswa asing di negeri orang, aku sempat kehilangan sesuatu yang bernama “keyakinan”. Yakni keyakinan kalau aku bisa berhasil mengerjakan studiku. Tangan-tangan di tembok itu muncul lagi, bukan di tembok kali ini, tapi di pikiranku. Mereka bergoyang-goyang lincah bak seorang dirigen yang memimpin orkestra lagu berjudul “kamuu tidaak biissaa, vidd”. Percaya akan lagu itu, aku bangun dan aku tidur sebab aku tahu aku akan gagal, esoknya aku bangun dan aku tidur lagi, sampai berminggu-minggu terlewati tanpa hasil belajar sedikitpun. Alhasil tugasku “hampir” tidak beres dan semua seperti sudah berakhir.

Jarum detik kekalahan itu sudah mulai bergetar di ujung telingaku. Namun, ada Dia yang tidak pernah membiarkan anak-Nya dipermalukan. Satu hari, waktu itu aku ingat hujan lebat di sore hari, entah kenapa di hati ini aku ingin lari. Aneh, begitu lama aku tidak lari dan saat itu aku ragu apakah aku sanggup. Namun kerinduan itu muncul dan kupaksa badanku berlari. Kulupakan tembok-tembok itu dan lagu keputusasaannya, lalu kugerakkan kakiku cepat sambil mendengarkan lagu-lagu Dia. Satu lagu berbunyi: “Ada satu sobatku yang setia, tak pernah Ia tinggalkan diriku. Di waktu aku susah, waktuku sendirian, Dia s’lalu menemani diriku. Nama-Nya Yesus, Nama-Nya Yesus, Nama Yesus yang menghibur hatiku.” Bayangkan film Rocky Balboa, petinju yang lari-lari sebelum bertanding, lalu hapus dari bayanganmu otot-ototnya yang kekar, tambahkan sedikit perut buncit dan latar hujan, jangan hapus kegantengannya (:p), dan itulah aku, sedang berlari meninggalkan “spring bed” zona nyaman tipuan iblis. Aku yang selama ini bukan aku. Aku yang aku pikir aku tidak bisa. Aku yang bukan kata tembok, tapi yang kata Tuhan. Aku yang selama ini tidak kukenal sebelum Dia membuka mataku.

Sepulang lari sore, aku langsung membuka laptopku, sebuah email masuk di laptopku. Email yang tidak sengaja terkirim oleh seorang teman itu benar-benar membuatku terkejut dan takjub. Email itu berbunyi: “I DID IT!”

Yes, ada saatnya seseorang harus mengatakan ini kepada si penipu: “Aku sudah melakukannya! Ternyata selama ini kau hanya penipu yang selalu membuatku merasa tidak bisa, tidak pantas, tidak kuat! Sekarang lihat, bersama Yesus tidak ada yang tidak mungkin. Bersama Yesus, ketidaksanggupanku menjadi kesanggupan-Nya. Mulai detik ini, hanya Firman Kebenaran-Nya yang kupercayai dan bukan tipuanmu!”

Sebuah lari sore yang mengubah cerita hidupku. Sebab sejak saat itu, aku mengganti lagu-lagu pesimisku dengan lagu-lagu iman. Dan ketika aku terus menyanyikannya, aku melihat lagu iman itu menjadi kenyataan. Tugas-tugas yang harusnya sulit itu menjadi selesai and God made me successful. Sebab Allah kita bukan hanya Allah janji. Dia bukan hanya Allah iman. Atau Allah mimpi. Dia adalah Allah bukti. Ketika bubuk coklat firman-Nya dan susu murni iman ini bercampur, “SLURPP!”, sebuah coklat susu nikmat yang bernama “manisnya kenyataan hidup bersama Tuhan” akan kita nikmati. Dan ketika kita minum dan merasakan kenikmatannya, tidak ada penipu yang bisa mengatakan sebaliknya.

Oya, lalu apa yang papaku lakukan agar aku tidak takut lagi pada tangan-tangan di dinding tembok itu? Papaku menuntunku ke tembok itu, dan berkata: “mana tangan-tangan itu?” Sebuah tindakan sederhana yang membuatku tidak takut lagi.

Lagu ini bersenandung di hatiku ketika aku takut.

God will make a way
Where there seems to be no way
He works in way, I can not see
He will make a way

He will be my guide
Hold me closely to His side
With love and strength
For each new day
God will make a way
He will make a way

God bukan hanya “will make a way” (Dia bukan hanya buka jalan), tapi Dia juga “will be my guide” (Dia akan menjadi Penuntunku). Seperti seorang ayah yang bukan meninggalkan anaknya yang sedang ketakutan. Dan bukan juga mengajar anaknya untuk terus lari dari ketakutannya. Tapi BAPA menuntun kita untuk HADAPI semua ketakutan kita. HADAPI! Ya, HADAPI bersama DIA!

Hai tangan-tangan di dinding tembok, dimanakah sekarang nyanyian tipuanmu itu? Seperti Daud, aku akan membalas nyanyianmu dengan sebuah lagu seorang anak kecil yang menaklukkan Goliat, sang raksasa yang banyak omong itu. “Jrengg Jrengg Jrengg”, kuawali dengan intro gitar. Dan dengan mata tertuju kepada-Nya, suara dan hatiku seirama bernyanyi:

Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku, di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku. (Mzm 23:1-4)

Waktu aku takut, aku ini percaya kepada-Mu; kepada Allah, yang firman-Nya kupuji, kepada Allah aku percaya, aku tidak takut.” (Mzm 56:4-5a)

No more fear, beloved. Your Dad loves you, and He’s with you. He said He will never leave you, and never will He leave you, dear beloved. Amen.

-merk sebuah pena tidaklah ditulis di daftar pustaka, hanya nama penulisnya-

pics taken from http://images.fineartamerica.com/images-medium/wall-of-hands-steve-and-nanci-cannon.jpg

No comments:

Post a Comment