Tuesday, June 28, 2016

Enjoying a New Life

No more regrets, no more guilt, no more pressure, no more fear for the future.

Just trust, just believe, just obedience, just God.

A wonderful life is a life in Jesus Christ. Nothing in the world can replace Jesus. Nothing offers peace that He gives to me.

I just want to thank You, Lord. I know my life is not forever, but whoever trusts in You will live forever with you in eternity, in Your home. That's where I want to be, with You, forever.

Saturday, June 25, 2016

Pemeran Utama

Saya teringat pengalaman saya ketika mendengar khutbah seorang hamba Allah dari Semarang. Sebelum Bapak itu berkhutbah, saya berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan memberikan penglihatan kepada saya tentang seseorang yang dari posisi sangat tinggi diturunkan-Nya sampai ke titik terendah, lalu orang tersebut diangkat jauh lebih tinggi. Lalu, hamba Tuhan tersebut memulai khotbahnya. Terkejut dan terkagum saya, karena di awal khutbahnya, beliau menceritakan suatu ilustrasi tepat seperti yang Tuhan sudah perlihatkan kepada saya beberapa menit/detik sebelumnya, dimana ada seseorang yang direndahkan sampai ke posisi paling rendah sebelum ia bisa diangkat lebih tinggi.

Banyak orang ingin dipakai Tuhan secara luar biasa, tapi tidak banyak orang mau dibentuk Tuhan secara luar biasa. Tuhan tidak bisa memakai orang sombong karena kesombongan bukanlah sifat-Nya, tapi semua orang pasti punya kesombongan. Oleh karenanya, semua orang perlu di"bentuk" - direndahkan hatinya supaya bisa diangkat dan dipakai Tuhan. Yusuf kecil diberi mimpi dimana ia akan menjadi seseorang yang sangat ditinggikan. Namun, setelah diberi mimpi tersebut, ia malah dijual menjadi budak di Mesir oleh kakak-kakaknya sendiri, difitnah oleh isteri bos-nya, masuk penjara, dan dilupakan oleh orang yang ditolongnya. Setelah 'pembentukan-pembentukan' tersebut ia lalui, barulah Tuhan mengangkat Yusuf menjadi pemimpin di Mesir dengan membuat Firaun memberikan seluruh kekuasaannya kepada Yusuf. Singkat cerita, Yusuf membuat Mesir kaya dan menjadikannya tempat persediaan makanan bagi bangsa-bangsa lain yang kelaparan karena bencana, termasuk bangsanya sendiri.

Yusuf kemudian menghadapi kakak-kakaknya yang sudah menjualnya menjadi budak, mereka juga datang ke Mesir untuk mendapatkan persediaan makanan. Kini ia memiliki kuasa, kini ia bisa membalas semua perbuatan keji kakak-kakaknya. Namun, Yusuf tidak melakukannya. Ia malah menangis dan ia berkata kepada kakak-kakaknya: "Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yang besar."

Mengapa Yusuf tidak membalas perbuatan jahat kakak-kakaknya tersebut? Ia bisa saja memerintahkan prajurit-prajurit Mesir untuk menangkap mereka dan menjadikan mereka budak. Jawabannya adalah karena proses pembentukan yang sudah Yusuf alami sebelum ia dipromosikan Tuhan. Direndahkan sampai titik terendah dalam hidupnya, Yusuf menyadari bahwa "pemeran utama" dalam hidupnya adalah Tuhan, bukan dirinya sendiri. Sekalipun ia memiliki jabatan yang sangat tinggi dan mungkin ia sangat dendam terhadap saudara-saudaranya, Yusuf memilih untuk “mundur dari panggung utama” dan mempersilahkan Tuhan untuk "mengambil alih acara”. Yusuf sadar betul bahwa rencana Tuhan lebih penting daripada perasaan dan ego-nya. Ia memilih untuk mengampuni, melupakan, dan memberkati orang-orang yang menyakitinya. Keputusan yang hanya mungkin diambil oleh orang-orang yang sudah mengalami pembentukan Tuhan yang luar biasa.

Seperti Tuhan mempromosikan dan memakai Yusuf secara luar biasa, demikianlah Ia sungguh rindu mempromosikan dan memakai kita. Namun, apakah kita mau masuk ke dalam proses pembentukan-Nya? Maukah kita direndahkan sampai titik terendah? The way to go up, is to go down (Jalan untuk naik adalah turun). The way to be a leader, is to be a servant (jalan untuk menjadi seorang pemimpin adalah menjadi seorang pelayan).

Siapakah “pemeran utama” dalam hidup kita? Apakah “film” kehidupan kita adalah tentang 'Tuhan yang mengampuni' atau tentang 'ego kita yang ingin membalas dendam'?

Kemuliaan hanya bagi nama Tuhan.

Saturday, June 18, 2016

Kepercayaan dan Kekekalan

Iman bukanlah perkara duniawi. Iman adalah perkara sorgawi. Iman berujung pada kekekalan.

Apabila seseorang menaruh kepercayaannya kepada kekayaan atau kepintarannya, orang itu tidak akan sampai pada kekekalan. Namun, apabila orang itu menaruh kepercayaannya kepada Tuhan, kapada Yesus Kristus yang adalah Anak Allah, maka ia akan sampai kepada kekekalan.

Hari ini Tuhan bicara kepadaku untuk menaruh kepercayaanku hanya kepada DIA. Uang, kekayaan, kepintaran, gelar tidaklah kekal. Apabila aku mengandalkannya, maka aku tidak akan sampai kepada kekekalan. Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya (1 Yoh 2:17).

Bagaimana dengan kepercayaanmu? Apakah kepada Tuhan? atau kepada hartamu? Apakah kepada Tuhan? atau kepada kepintaranmu? Apakah kepada Tuhan? atau kepada manusia? Apakah berujung kepada kekekalan? atau berujung kepada kebinasaan?

I Yoh 5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.