Friday, June 19, 2015

Mengapa Yesus?

Sangat tidak mudah untuk mengampuni orang yang menyakiti kita. Apalagi orang itu sudah mempermalukan kita, atau mengkhianati kita. Yang saya tahu, luka hati adalah luka yang paling sulit untuk diobati, dan mengampuni adalah 10 huruf yang paling sulit untuk dilakukan. Jauh lebih mudah untuk melakukan “kawan lamanya”, yang juga 10 huruf, yakni menghakimi.

Ada beberapa alasan kenapa menghakimi lebih mudah daripada mengampuni. Pertama, karena kita memposisikan diri sebagai hakim yang merasa lebih benar daripada terdakwa. Menjawab alasan ini, biarlah kita berpikir lagi apakah kita tidak pernah melakukan bahkan yang lebih buruk daripada terdakwa tersebut. Kedua, karena kita merasa kita sudah dirugikan oleh orang yang menyakiti kita. Dalam hal ini, kita memposisikan diri sebagai korban yang berhak menuntut terdakwa. Hanya saja, ada banyak korban lain juga yang bisa saja menuntut kita karena perlakuan kita yang jauh lebih buruk.

Satu hal yang menarik perhatian saya, saya mengenal seorang yang tidak pernah berdosa, sehingga Dia layak menjadi hakim. Dia juga disalibkan karena dosa kita. Oleh karena itu, Dia juga adalah korban yang layak menuntut kita. Namun, pertanyaan besarnya adalah: mengapa dia justru merelakan diri mati bagi kita?

Mengapa Yesus mati bagi saya dan Anda?

Teman-teman, Yesus mengerti hati Bapa yang sangat mengasihi kita. Dia tidak mencium betapa busuknya dosa kita, Diapun tidak mengingat-ingat kesalahan kita. Dia memberikan hidup-Nya untuk kita karena kasih-Nya.

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yoh 15:13)

Suatu hari, akan ada orang yang bingung ketika kita sungguh-sungguh mengikut Yesus. Mereka akan heran dan bingung kenapa kita tetap mengasihi mereka  bahkan setelah mereka menyakiti kita. Dan mereka akan bertanya: mengapa?

Lagu ini sangat sering saya dengar di gereja ketika kecil dan remaja:

Mengapa Yesus turun dari sorga, masuk dunia g’lap penuh cela;
berdoa dan bergumul dalam taman, cawan pahit pun dit’rimaNya?
Mengapa Yesus menderita, didera, dan mahkota duri pun dipakaiNya?
Mengapa Yesus mati bagi saya?

KasihNya, ya kar’na kasihNya.

Mengapa Yesus mau pegang tanganku, bila ‘ku di jalan tersesat?
Mengapa Yesus b’ri ‘ku kekuatan, bila jiwaku mulai penat?
Mengapa Yesus mau menanggung dosaku, b’ri ‘ku damai serta sukacitaNya?
Mengapa Dia mau melindungiku?

KasihNya, ya kar’na kasihNya

Hal yang menarik di lagu ini adalah tidak ditanyakan “mengapa saya?” tapi “mengapa Yesus”. Sebab tidak ada alasan yang membuat saya layak untuk diampuni. Perbuatan baik saya tidak akan bisa menyelamatkan saya. Amal dan ibadah tidaklah cukup untuk menghapus kesalahan saya. Hanya karena kasih-Nya.

To love, is to forgive…and to be loved is to be forgiven. Amen? God bless you!

Tuesday, June 16, 2015

Anchor. Helper.

When I faced a lot of uncertainty in the future, I sometimes began to worry.
Often, I will feel stressed. Being pressured from every directions, I couldn't sleep.
I looked at men and women, hoping for their help.
But, I couldn't find it. I even tried to handle my stress by spending my time in the social media. That too, is useless.

But one day, God spoke to me. He told me that He is my helper. No one else can help me like he can. God showed me how the psalmist understood this:
I lift up my eyes to the mountains -  where does my help come from? My help comes from the Lord, the Maker of heaven and earth (Psalm 121:1-2)
And peace overwhelmed me. Peace like no other peace. Peace from God.

The day after, I began to think about another uncertainty. I began to worry again.
The Lord then spoke to me that the future may be uncertain, but my hope in Him is certain, firm, and secure.
We have this hope as an anchor for the soul, firm and secure. It enters the inner sanctuary behind the curtain, where our forerunner, Jesus, has entered on our behalf. (Hebrew 6:19-20a)
God is my anchor. Whatever the future I will face, I don't mind. As long as God is with me, everything will be okay.

Beloved, when the uncertain future terrifies you, put your trust in God, your anchor, your helper. Glory to God. Amen.

Friday, June 5, 2015

Percaya Saja!

Ada waktunya ketika apa yang kita lihat tidaklah seperti yang kita harapkan. Di waktu tersebut, kita mungkin merasa bahwa Tuhan tidak menepati janji-Nya. Mungkin kita mulai meragukan kebaikan-Nya. Tapi, bukankah Dia Bapa yang baik? Yang tahu memberikan yang terbaik untuk anak-anak-Nya?

“Bapa manakah di antara kamu, jika anaknya minta ikan dari padanya, akan memberikan ular kepada anaknya itu ganti ikan? Atau, jika ia minta telur, akan memberikan kepadanya kalajengking? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga!” (Lukas 11:11-13b)

Rhema yang saya dapatkan dari ayat ini adalah: Bapa di Sorga tidak akan memberikan ikan, apalagi ular kepada anak-anak-Nya. Ia juga tidak akan memberikan telur, apalagi kalajengking kepada anak-Nya. Bapa yang baik jauh lebih tahu apa yang anak-anak-Nya butuhkan, bahkan Ia lebih mengerti apa yang kita butuhkan daripada kita sendiri mengerti kebutuhan kita.


Saya teringat betapa kecewanya saya ketika ditolak perusahaan minyak yang sangat saya idam-idamkan. Waktu itu saya berdoa bersama keluarga untuk pekerjaan saya, dan Tuhan memberikan suatu penglihatan akan suatu pelabuhan. Saat itu saya tidak mengerti penglihatan ini. Namun, setelah berdoa saya membuka email bahwa ada lowongan di BUMN bernama Pelabuhan Indonesia 2. Sebelumnya saya bahkan tidak tahu bahwa ada perusahaan seperti ini di Indonesia. Singkat cerita, saya diterima di perusahaan tersebut, dan saat ini perusahaan tersebut menjadi salah satu sponsor saya untuk berangkat S3. Seandainya saya diterima di perusahaan minyak terkenal itu, apakah saya akan S3? Saya ingat ketika interview di perusahaan tersebut, mereka tidak suka dengan keinginan saya untuk lanjut S3 (ini mungkin adalah salah satu alasan mengapa saya tidak diterima).

Tuhan itu tahu lebih baik daripada saya. Dia jauh lebih mengerti saya daripada saya mengerti diri saya sendiri. Rencana Tuhan selalu jauh lebih indah daripada rencana kita. Bagian Dia: MERENCANAKAN. Bagian kita: PERCAYA.

“Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” (Yes 55:9)

Bentuk pengandalan kita akan Tuhan adalah berdoa, berharap kepada-Nya, merenungkan janji-janji-Nya (Firman Tuhan), dan percaya. Percaya bahwa Dia adalah Bapa yang baik, yang tidak akan meninggalkan kita sendiri, yang akan memenuhi semua kebutuhan kita. Amin.

Saat ku tak melihat jalanMu
Saat ku tak mengerti rencanaMu
Namun tetap kupegang janjiMu
Pengharapanku hanya padaMu

Hatiku percaya
Hatiku percaya
Hatiku percaya
S'lalu kupercaya

Beloved, He is the best Father. He cares for you. Just believe!
Glory to GOD!

pics from http://nicholasmazzoli.com/wp-content/uploads/2009/12/father-and-son1.jpg