Tuesday, March 3, 2015

“Apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit?”

Kehilangan handphone itu satu hal. Tapi kehilangan handphone di rumah sendiri adalah hal yang aneh. Tim SARpun (Mama dan Bibi) kukerahkan untuk mencari 1 handphone di rumahku yang sebenarnya tidak terlalu luas. Satu dua hari habis, tapi handphone itu tetap tidak dapat ditemukan. Aku sudah mencoba meneleponnya tetapi aku teringat bahwa handphoneku ku-set silent tanpa getaran.

Pencarian itu berakhir pada penyerahan. Memang dalam hidup manusia itu, semua pasti ada waktunya. Pengkhotbah berkata: Ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi (Pkh 3:6), dalam Bahasa Inggris: a time to search and a time to give up (Ecc 3:6-NIV). Benar, waktu mencari handphone itu sudah kulewati, kini waktunya untuk berserah.

Malam itu, Tuhan ingatkanku untuk memberi perpuluhan (sepersepuluh dari penghasilanku). Aku ingat aku kirimkan uang itu ke seseorang yang sedang membutuhkan melalui Mandiri Online Banking. Begitu kuklik ‘send’ untuk mentransfer, aku tekaget mendengar bunyi “Gerrrt.. gerrtttt”. Ternyata itu dari handphone-ku yang sudah kuanggap hilang. Aku lalu mencarinya dan menemukannya di tempat persembunyiannya. “Kenapa kali ini handphone itu bergetar?”, pikirku, padahalkan sebelumnya ia tidak bergetar ketika ditelepon. Lalu aku tersadar bahwa handphone itu tidak bergetar bila ditelepon, tapi bergetar ketika di-SMS. Ya, benar, ia bergetar karena SMS dari “3355” Bank Mandiri yang menotifikasi bahwa perpuluhan tersebut sudah ditransfer. Siapa yang menyangka bahwa bukan aku yang menemukan handphone itu, tapi handphone itu sendiri yang memberi diri ditemukan.

Cerita ini membuatku ingat akan kata-kata Tuhan dalam Maleakhi 3:9-10:

Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam.

Tuhan adalah pemberi. Begitupun kita anak-anak-Nya suka memberi. Sebab Isa pun berkata: “adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” (Kis 20:35b). Ini berarti, Tuhan lebih suka memberi daripada menerima, dan kitapun anak-anak-Nya haruslah demikian.

Baru-baru ini aku mengalami “tingkap-tingkap langit” itu dibukakan kembali bahkan dalam keadaanku yang kurang yakin. Aku banyak berpikir dan merenung tentang banyaknya pengeluaran untuk mempersiapkan pindah rumah di Inggris, aku menghitung-hitung apakah uang beasiswanya cukup. Aku sempat tergoda untuk tidak memberi perpuluhan dari British Pounds yang mahal ini, karena aku merasa kekurangan. Karena aku ingin lebih banyak saving. Tapi, Tuhan selalu ingatkan: “...ujilah Aku…” “…apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit…” Kata-kata-Nya itu membuat aku setia untuk tetap memberi perpuluhan, sekalipun merasa kurang.

Dan betul! Hebat Tuhan kita itu, baru-baru ini aku mendapat kenaikan dalam uang beasiswa yang sangat melegakan hati. Dosen-dosen sering mempercayakanku untuk membantu mereka dan universitas menggaji setiap jam kerjaku. Aku hanya bisa katakan “AMAZING GOD”. Selama ini, aku selalu berpikir tentang diriku: “bagaimana kalau nanti kurang?” tapi Tuhan mengingatkanku bahwa hidup adalah memberi dan Tuhan tidak pernah berhutang.

Dalam hal perpuluhan ini, Tuhan Semesta Alam sendiri sudah menantang kita untuk menguji Dia (“…ujilah Aku…”) dan Ia sendiri juga sudah mengatakan “…apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit…” Tuhan tidak pernah berbohong. Beri, maka engkau akan diberi!

Bahkan, milikilah iman yang sama seperti seorang janda miskin yang memberi seluruhnya kepada Tuhan, itu dilakukannya dalam keadannya yang berkekurangan (Lukas 21:43-44).

Lalu Ia (Isa) berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.”


Mungkin, memberi di saat  engkau merasa kekurangan bertentangan dengan logika / akal sehatmu. Namun, Tuhan yang menghargai iman janda miskin itu adalah Tuhan yang sama yang menghargai iman saya dan Anda.

Bagaimana, sudah siap memberi dan melihat tingkap-tingkap langit dibukakan dalam hidupmu?  

Beloved, God never lies to you. Give and you will receive!