Satu hari yang lalu pastorku seorang Peru bertanya kepada temanku seorang Jerman. Pertanyaannya adalah “Apakah arti hidup?” dan temanku itu menjawab: “hidup adalah merdeka”. To live is to be free. Menarik.
Hari ini, pastorku berkhotbah. Ia berkata bahwa mereka yang merdeka tidak lagi diperbudak oleh dosa, tapi mereka hidup untuk Allah.
Oyeah, banyak orang menganggap kemerdekaan adalah bebas melakukan dosa, dan menikmati hidup sesuka hati. Namun, tanpa mereka sadari dosa itu sendiri telah mengikat mereka! Dosa memperbudak hidup mereka!
Akupun salah satu dari antara orang itu. Namun Yesus sadarkanku bahwa hidup dalam ikatan dosa = hidup dalam penjara gelap, yang mungkin bisa memuaskan dagingku (UNTUK MASA WAKTU YANG SINGKAT) tapi bukan hatiku. Daging takkan pernah puas. “Lebih lagi” katanya, “lebih lagi”. “Sampai kapan?” tanya jiwa dan roh. “Sampai aku dan kamu mati” jawabnya.
O selama ini, kenapa aku tak pernah mencoba anggur sukacita-Nya, anggur yang membuatku puas? Anggur sukacita yang tak dapat diramu dunia. Yang membuat hati ini damai dan tak ada rasa takut? Membebaskanku dari borgol dosa dan pintu penjara ketagihan yang berujung pada kubur kebinasaan?
Harga anggur itu? mahal teman2, namun Tuhan Yesus sudah bayar dengan darah-Nya yang tercurah di kayu salib bagiku dan bagimu. Terimalah dan minumlah darah perjanjian baru yang pulihkan hidupku dan hidupmu. Berserulah kepada nama Yesus, sebab ada keselamatan dan kemerdekaan di dalam nama-Nya, di dalam darah-Nya.
Bangunlah hai jiwamu, sebab hari ini adalah your happy day, cause you will never be the same. Pintu kebebasan sudah terbuka, borgol dosa sudah dilepaskan, no more death, welcome life, welcome freedom.
Siang ini kuteringat lagu kemerdekaan bangsaku yang dinyanyikan sekitar 67 tahun yang lalu. “17 Agustus tahun 45, itulah hari kemerdekaan kita. Hari merdeka nusa dan bangsa, hari lahirnya bangsa Indonesia. Mer-de-ka!” Menarik dikatakan bahwa hari lahirnya bangsa Indonesia adalah juga hari kemerdekaannya. Hari lahirnya seorang anak yang dikasihi-Nya adalah juga hari kemerdekaannya. Hidup akhirnya dimulai. Dimulai ketika seruan kemerdekaan itu terdengar dari mulutmu.
Merdeka! Merdeka! Merdeka! Sekali merdeka tetap merdeka! Merah darah-Nya jadikanku putih seperti salju. Manis kasih-Nya pulihkan hidupku.
the brand of a pen is not written in the bibliography, it is only the writer’s name. Praise God, Jesus Christ, the writer of my life, who died to destroy the power of sin and its condemnation, raised and live so that we can enjoy a free life, life free from the slavery of sin and guilt. Amen.
pics from http://blazomania.com/wp-content/uploads/2011/08/Indonesian-flag-Google-Doodle.jpg
No comments:
Post a Comment