Tuesday, July 26, 2011

To Live is To Give

Hari itu adalah hari terakhir aku bekerja di perusahaanku. Dibilang sedih, ada sedihnya. Dibilang seneng, ada senengnya. 2 tahun mengajar anak2 sekolah yang adalah juga 2 tahun diajar Tuhan ‘tuk merendahkan diri dan memberi hidup.

Seperti biasa, hari itu aku turun dari mobil hijauku, merk Caheum-Ciroyom. Haha. Lalu, melanjutkan perjalanan dengan sarana transportasi alami yang tak pernah ngetem: “KAKI”. Tak lama kemudian aku melihat gang masuk kecil yang menjadi pintu masuk pendidikanku ini. Entah kenapa, aku digerakkan untuk menumpangkan tanganku atas perusahaan ini. Tuhan menyuruhku memberkati perusahaan ini untuk terakhir kalinya.

So, I raised my hands, saying: “Diberkatilah kamu, perusahaanku.”

Plok plok plok langkahku memasuki rumah yang bewarna putih hijau ini. Semua seperti hari-hari biasa, nothing special sepertinya, sampai aku melihat teman-temanku rada panik di pagi sabtu itu. Lalu seorang temanku berteriak “Ko David!” (panggilanku disana). Dengan panik dia meminta bantuanku untuk mengangkat tikus yang terjebak di WC kantor.

Sebagai kaum minoritas (guru cowok cuma 2 disana), akupun tertantang untuk menunjukkan kemasukulinanitasanku (cehcehceh, susah pisang ngmgnya). Haha. Dengan berbekal pengalaman makan bakso sekitar 19an tahun (pas balita masih makan 2011-06-25 09.17.23bubur seingetku), akupun mengangkat tikus itu dengan sumpit. (sebelumnya tikusnya goyang2 jadi harus dimatiin dulu, dipukul2 pake kayu, *kutulis biar pembaca yang penasaran akan hal2 ngga penting ngga bertanya2 lg tentang proses pengangkatan ini).

Cerita tentang nakut2in temen kerja setelah itu gak perlu terlalu di-ekspos ya. Hahaha.

Lalu, aku membuang tikus itu ke TPS terdekat.

Di hari terakhir aku bekerja, Tuhan memberiku sukacita karena bisa memberkati perusahaanku dengan penutupan yang manis. Kemuliaan buat Tuhan aja.

Guys, ketika kita hidup, itu untuk memberi. Hidup untuk diri sendiri hanya akan membuat kita jenuh dan kurang berbahagia. Kita boleh nikmati semua berkat, kekayaan, posisi (pride), tapi pasti ada yang kurang kalau kita tidak memberi. Sebab firman Tuhan berkata lebih berbahagia orang yang memberi daripada yang menerima. Apakah kita sering merasa hampa? Kurang diperhatikan? Bagaimana kalau kita mulai memberi perhatian bwt org lain? Apakah kita sering merasa tidak ada yang mendengarkan keluhan ato masalah kita? Bagaimana kalau kita mulai memberi telinga mendengarkan keluh kesah orang lain? Kita merasa Abang ato Kk PA kita kurang mencoba mengerti kita? Bagaimana dengan kita mulai mencoba mengerti anak2 PA kita, sebelum kita menghakimi mereka?

Tuhan rindu kita memberi. Tuhan rindu kita menjadi berkat dimanapun kita berada. Tuhan mau pakai kita supaya lewat hidup kita, orang lain mengenal kebaikan-Nya. Dan 1 janji-Nya ketika kita memberi: KITA AKAN LEBIH BERBAHAGIA DARIPADA KETIKA KITA MENERIMA.

RALAT, maksudku 2 (bukan cuma 1) janji-Nya ketika kita memberi. Satu lagi ini: “sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” KETIKA KITA MEMBERIKAN HIDUP KITA, BANYAK ORANG AKAN DISELAMATKAN DAN DIUBAHKAN LEWAT HIDUP KITA. Kalau biji gandum itu tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. Ingin melihat orang lain mengenal Tuhan lewat hidupmu? Jadilah seperti biji gandum yang “memberikan hidupnya” supaya bisa “menghasilkan banyak buah”.

Thanks God, I learned how to be happy in this life: BY GIVING WHAT I’VE BEEN GIVEN.

Guys, this words really is powerful: TO LIVE IS TO GIVE, YOU STOP GIVING YOU START DYING. Selamat menikmati “hidup yang lebih berbahagia daripada menerima”. Selamat melihat “orang2 lain mengenal Tuhan ketika kamu memberikan hidupmu”. ENJOY GIVING!

Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.

-Glory to God-

No comments:

Post a Comment