Asyikkkk, nulis lagi hehe. Jari-jariku agak berat nih nulis lagi, soalnya berat badanku naik 4 kilo.
Dimulai dari sebuah perjalanan ke luar kota pas liburan kemarin, alhasil aku kehilangan pola makanku yang sebenarnya sudah hilang dari dulu. Hahaha. Yah, singkat cerita, makanan di kota itu enuak pisan. Bukan pisang ya. PISAN! Kalo bahasa Sunda, pisan teh artinya banget. Bukan PISANG sm TEH, aduh! Susah euy ngmg sm urang non Sunda. Hahaha. Apa sih maksudnya nulis gini gapenting banget dah, vid!
Hmm, perjalanan kuliner ini menggendutkan pria yg sudah gendut ini. Abisnya, makanan enak dimana-mana. Bergizi lagi (vitamin B1, B2, dll) haha haha. Alhasil aku naik 4 kg. (tapi tenang, ini hanya akan membuat yang ganteng ini naik pangkat menjadi ganteng dan lucu, hoho.)
Ketika aku merenung tentang kenaikan berat badanku, aku mendapatkan sebuah ilustrasi. Bayangkan Tuhan adalah seorang koki, dan kita adalah orang yang menikmati sajian-Nya. Masakan apa yang akan disajikan oleh koki ini? Apakah Dia akan bikin bubur kacang ijo, masukin di gentong yang besar, tarok dalem kulkas, terus nyuruh kita manasin itu bubur setiap kali kita laper? I don’t think so.
Aku membayangkan,,, Monday: Beef Cordon Blue with lemonade aroma on top of it. Tuesday: Japanese Chicken Teriyaki combined With Thai Thom Yam Soup. Wednesday: Californian Omelette with Beef Soup mixed with Red Wine flavour,,, dst......... hehe. Kalau Dia kokinya, aku akan menanti-nantikan: “HARI INI DIA MASAK APA YAH?”
Akupun percaya kalau Dia adalah koki kehidupan kita. He is the masterchef of our lives. Hari-hari yang kita lalui tidak akan pernah kita lewati dengan jenuh ketika kita berjalan bersama dengan Dia. “Tantangan dan masalah” adalah sambel pedes yang membuat Gado-Gado ala Kasih Karunia menjadi penuh dengan Iman. HAHA! God is Good, amen? God is our master chef, amen? God never let our lives become boring, amen?
Anw, sekedar melanjutkan cerita. Liburan ini bukan hanya menjadi wisata kuliner dalam arti sebenarnya bagiku. Sesampai di hotel, Tuhan mengijinkanku bertemu dengan pendetaku di hotel dimana aku dan keluargaku menginap. Dan dan dan,,, bukan cuman itu, pendeta ini mengajak aku ikut seminar misi se-Asia Tenggara di hotel itu. Dan dan dan dan dan,,, bukan cuman itu, pendeta ini minta aku menjadi penterjemah materinya di depan semua delegasi, tentang Papua dan Indonesia.
You may say it is “kebetulan”, tapi ini yang aku percaya: “Tuhan menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh tidaklah sampai tergeletak, sebab Tuhan yang menopang tangannya.”
Bosan dengan rutinitas? Ini trus itu trus ini lagi trus itu lagi? Bosan? Kebanyakan makan bubur kacang ijo dari gentong?
Jadikanlah Tuhan sebagai kokimu, dan “melakukan firman-Nya” sebagai makananmu. Berserahlah kepada Tuhan ketika kamu memulai harimu. Jangan buat “masakanmu” sendiri, ijinkan Dia menetapkan langkah-langkah hidupmu. Katakan: “GOD YOU ARE THE CHEF! LET ME KNOW WHAT DO YOU WANT TO COOK FOR ME TODAY. LET ME DO WHAT YOU WANT ME TO DO, NOT WHAT DO I WANT TO DO. BECAUSE YOUR WILL IS MY FOOD, O LORD.” Dan nikmati rahasia kelezatan asam manis Kasih Karunia yang mebuat sup kepiting Tantangan Hidup menjadi tak terlupakan dalam bumbu ayam bawang Iman yang menjadi aroma dasar dari Harapan yang Tidak Mengecewakan. Amin.
“Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
NO MORE BORING DAYS WHEN HE’S THE CHEF OF OUR LIVES.
Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.
-Glory to God-
No comments:
Post a Comment