Mat 6:32b-34: “Akan tetapi, Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
“Akan tetapi, Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu...”
Jack, seekor kucing 15 pon dengan warna putih-oranye, ditugaskan tuannya untuk menjaga halaman belakang rumah yang ia huni. Dia selalu menakut-nakuti tikus dan binatang kecil lainnya yang ingin masuk. Suatu hari, pemilik rumah terkejut melihat Jack sedang duduk tepat dibawah pohon sambil memandang ke atas pohon tersebut. Ia memandangi seekor beruang hitam gendut besar yang ketakutan padanya sehingga memanjat pohon. Bagaimana mungkin seekor beruang hitam gendut besar takut akan seekor kucing kecil? Apa yang beruang tersebut pikirkan?
Pertanyaan yang lebih ironis bagi kita adalah bagaimana mungkin kita takut dan kuatir ketika menghadapi masalah yang kecil? padahal Bapa kita yang di Sorga begitu besar. Ia tahu akan apa yang kita perlukan. Ia “mau” dan “mampu” memenuhi kebutuhan kita. Bagaimana mungkin kita masih kuatir?
Masalahnya bukanlah “Apa yang kita lihat” tapi “Bagaimana kita melihatnya?”
Ø “Apa yang kita lihat?” akan mengatakan: “Waktumu tidak cukup!” atau “studiku hancur!” atau “ia tidak mungkin mengampunimu!” atau “aku tidak bisa memuridkan” atau “mana mungkin anak rohanimu berubah, apalagi berbuah?!”
Ø Tapi “Bagaimana kita melihatnya” akan mengatakan: “Masa depan ada di tanganNya! Janganlah kerajinanmu kendor!” atau “kesanggupanku ialah pekerjaan Allah” atau “keturunan rohaniku akan sebanyak bintang di langit” atau “Ia yang mengubah gunung batu mejadi kolam air, dan mengubah batu yang keras menjadi mata air, bagaimana mungkin Ia tidak bisa mengubah hati temanmu dan anak rohanimu?!”
<dikutip dan dimodifikasi dari Our Daily Bread, 22 May 2008>
“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu..”
“TAMBAH nasi Da!”, kataku kepada si “Uda” di suatu restoran Padang. Tak beberapa lama kemudian si “Uda” datang dan membawakan nasi tambahan yang di-request perutku. Sebelumnya, aku sama sekali tidak berencana untuk tambah nasi, fokusku adalah makan nasi dan rendang yang pertama kali kupesan.
Demikian pula fokus orang yang tidak kuatir, fokusnya mencari kerajaan Allah dan kebenarannya, itu adalah nasi dan rendang yang pertama kali ia pesan. Makanan, pakaian, popularitas, dan uang adalah “nasi tambahan” yang tidak terlalu dipikirkannya.
TUHAN Yesus adalah tipe ini, nasi padang dan rendang-Nya adalah melakukan kehendak ALLAH. Yang lain cuma tambahan.
“Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari..”
Ada banyak musim di bumi ini. Ada musim hujan, kemarau, dingin, panas, semi, gugur, dll. Masing-masing musim memiliki tantangannya sendiri: Kalau musim panas, tubuh berkeringat, di angkot sumpek-sumpekan, gak betah rasanya. Kalau musim salju, badan menggigil, bisa kena flu. Kalau musim hujan, uda becek, gada ojek lagi, :p.
Orang yang kuatir adalah orang yang “menggigil” pada musim panas dan “keringatan” pada musim dingin. Saat musim panas datang, dan musim dingin masih lama, ia terus berpikir dan berpikir terus. “Bagaimana nanti kalau turun salju?” Ia “menggigil” saat matahari bersinar panas.
Masalah hari esok harusnya tidak membuat kita “bermasalah” pada hari ini. Tiap musim punya tantangannya sendiri. Kesusahan satu musim cukuplah untuk satu musim. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
WHY kita gak perlu kuatir? Karena kita punya “Beruang Besar” yang menjagai kita, Bapa kita sendiri. “Kuatir” tidak akan menambah sehastapun pada tanah kita, tapi “iman” akan memindahkan gunung batu.
HOW orang yang gak kuatir hidup?
1. Ubah cara pandang! Pakai kacamatanya Bapa! Gimana caranya? Dengerin firman Tuhan! Cara pandang seseorang dapat dilihat dari kata-katanya. Cara pandang Bapa kita dapat dilihat dari Firman-Nya. Apa yang terlalu sulit buat kita, terlalu gampang buat Dia
2. Ubah lokasi pandang! Ubah fokus kita! Jadikan kerajaan Allah dan kebenarannya sebagai “nasi padang dan rendang” kita, sedangkan yang lain (makanan, pakaian, uang) sebagai “nasi tambahan kita”. Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bawah!
3. Pandanglah apa yang harus dipandang saat ini! Jangan biarkan kesusahan hari besok menambah kesusahan hari ini! Jangan menjadi “orang yang menggigil pada musim panas”!
Ketika Tuhan Yesusku berkata “Jangan kuatir”, Ia tidak sedang bermain-main. Kata “JANGAN” pada “JANGAN kuatir!” setara dengan kata “JANGAN” pada “JANGAN mebunuh!” atau “JANGAN mencuri!” atau “JANGAN berzinah!” atau “JANGAN mengucapkan saksi dusta!”. Karena Dia TIDAK SUKA pada kata “KUATIR”!
Bagi-NYA: Orang yang kuatir = Orang yang meragukan-Nya.
Aku belum pernah menjadi seorang ayah, tapi aku yakin adalah sangat menyakitkan bagi seorang ayah, bila anaknya meragukannya.
-Glory to God-