Sangat tidak mudah untuk mengampuni orang yang menyakiti kita. Apalagi orang itu sudah mempermalukan kita, atau mengkhianati kita. Yang saya tahu, luka hati adalah luka yang paling sulit untuk diobati, dan mengampuni adalah 10 huruf yang paling sulit untuk dilakukan. Jauh lebih mudah untuk melakukan “kawan lamanya”, yang juga 10 huruf, yakni menghakimi.
Ada beberapa alasan kenapa menghakimi lebih mudah daripada mengampuni. Pertama, karena kita memposisikan diri sebagai hakim yang merasa lebih benar daripada terdakwa. Menjawab alasan ini, biarlah kita berpikir lagi apakah kita tidak pernah melakukan bahkan yang lebih buruk daripada terdakwa tersebut. Kedua, karena kita merasa kita sudah dirugikan oleh orang yang menyakiti kita. Dalam hal ini, kita memposisikan diri sebagai korban yang berhak menuntut terdakwa. Hanya saja, ada banyak korban lain juga yang bisa saja menuntut kita karena perlakuan kita yang jauh lebih buruk.
Satu hal yang menarik perhatian saya, saya mengenal seorang yang tidak pernah berdosa, sehingga Dia layak menjadi hakim. Dia juga disalibkan karena dosa kita. Oleh karena itu, Dia juga adalah korban yang layak menuntut kita. Namun, pertanyaan besarnya adalah: mengapa dia justru merelakan diri mati bagi kita?
Mengapa Yesus mati bagi saya dan Anda?
Teman-teman, Yesus mengerti hati Bapa yang sangat mengasihi kita. Dia tidak mencium betapa busuknya dosa kita, Diapun tidak mengingat-ingat kesalahan kita. Dia memberikan hidup-Nya untuk kita karena kasih-Nya.
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. (Yoh 15:13)
Suatu hari, akan ada orang yang bingung ketika kita sungguh-sungguh mengikut Yesus. Mereka akan heran dan bingung kenapa kita tetap mengasihi mereka bahkan setelah mereka menyakiti kita. Dan mereka akan bertanya: mengapa?
Lagu ini sangat sering saya dengar di gereja ketika kecil dan remaja:
Mengapa Yesus turun dari sorga, masuk dunia g’lap penuh cela;
berdoa dan bergumul dalam taman, cawan pahit pun dit’rimaNya?
Mengapa Yesus menderita, didera, dan mahkota duri pun dipakaiNya?
Mengapa Yesus mati bagi saya?KasihNya, ya kar’na kasihNya.
Mengapa Yesus mau pegang tanganku, bila ‘ku di jalan tersesat?
Mengapa Yesus b’ri ‘ku kekuatan, bila jiwaku mulai penat?
Mengapa Yesus mau menanggung dosaku, b’ri ‘ku damai serta sukacitaNya?
Mengapa Dia mau melindungiku?KasihNya, ya kar’na kasihNya
Hal yang menarik di lagu ini adalah tidak ditanyakan “mengapa saya?” tapi “mengapa Yesus”. Sebab tidak ada alasan yang membuat saya layak untuk diampuni. Perbuatan baik saya tidak akan bisa menyelamatkan saya. Amal dan ibadah tidaklah cukup untuk menghapus kesalahan saya. Hanya karena kasih-Nya.
To love, is to forgive…and to be loved is to be forgiven. Amen? God bless you!