Friday, May 4, 2012

Too Early for A Miracle?

Apalah artinya sebuah “aduh capek” yang kau ucapkan dalam hatimu?
Atau sebuah hembusan nafas kecil yang keluar dari hidungmu?

Apakah ada yang menganggapnya penting?

Sekitar 11 hari yang lalu aku duduk di sebuah bus. Dalam kesibukan tugasku, aku berbisik dalam hatiku: “seandainya saja pengumpulan tugas ini diundur”. Sebab aku merasa tidak bisa mengejar deadline yang sudah sangat dekat. Sejujurnya akupun tidak percaya akan bisikan itu. Waktu itu, belum pernah dalam sejarah perkuliahanku disini yang namanya tugas diundur. Lagian siapa yang peduli dengan sebuah bisikan hati yang diucapkanpun tidak?

Beberapa waktu kemudian, aku datang ke kuliah. Lima belas per enam belas kaget, aku mendengar dengan telingaku sendiri permintaan maaf dosenku karena ia telat memeriksa tugas sebelumnya. Lalu ia lanjutkan: “Oleh karena itu, pengumpulan tugas yang selanjutnya ditunda 1 minggu.”

Diam 0 bahasa, ya aku terdiam sejenak. Namun, ingatanku tidak bisa diam. Dia lari ke bus yang aku tumpangi dan memandang seorang mahasiswa asing asal Indonesia yang berbisik dalam hatinya: “seandainya saja ditunda”. Lalu ia kembali lagi lari ke ruang kuliah dan menyampaikan apa yang ia lihat dan dengar. Mimpikah ini? Bukan mimpi, tapi mujizat.

Hmm, mujizat? Bukankah terlalu cepat mengatakan itu mujizat? Bukankah ada suatu ilmu yang bernama probabilitas yang dapat menjelaskan bahwa itu hanya sebuah kebetulan?

Haripun berlanjut, satu hari demi satu hari. Dan sampailah aku di titik dimana tugas itu semakin mepet. Aku prediksi aku cuma punya waktu 4 hari untuk kerjakan tugas itu. Lalu, entah kenapa hatiku ini minta tanda sama Tuhan: “kalau memang aku bisa mengerjakannya, tolong Tuhan ketika aku buka pembatas Alkitabku, itu adalah cerita tentang Lazarus yang sudah mati dan bau. Namun, Tuhan bangkitkan.” Oiya, aku juga ga tau kenapa aku minta seperti itu. Keluar saja seperti ada yang bukan aku di hatiku, namun bicara begitu halus tapi jelas.

Dan, ketika aku membuka Alkitabku, haha. Iya, tentang Lazarus. Bukan hanya itu Lazaruspun sudah mati 4 hari. 4 hari yang sama untuk mengerjakan mission impossible (Manusia, 2012), tapi POSSIBLE (God, from everlasting to everlasting). Terlalu cepat untuk sebuah mujizat?

Hari ini, 4 hari setelah janji Tuhan itu, dengan kasih karunia Tuhan, aku selesaikan tugas ini. Masihkah terlalu cepat untuk sebuah mujizat?

Heran dan tidak percaya atau bahkan gemas adalah hati Tuhan ketika bangsa yang melihat air menjadi darah dan 9 tulah lainnya, menyeberangi laut yang terbelah, minum air dari gunung batu, masih bertanya: “Sanggupkah Allah menyajikan makanan di padang gurun? Memang, Ia memukul gunung batu, sehingga terpancar air dan membanjiri sungai-sungai; tetapi sanggupkah Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya?” (Mzm 78:20-21)

Terlalu cepatkah itu disebut mujizat? Masihkah Tuhan sanggup? Hapus pertanyaan-pertanyaan itu dari hidupku, ya Tuhan.

Membaca tulisan di Facebook-ku beberapa waktu lalu, mamaku memberi saran kepadaku yang menggelitik telingaku. “Jangan mujizat terus nak, belajar yang rajin.” hahaha. Ada benarnya, ya. ada benarnya. Tapi, satu hal aku ketahui, gudang mujizat milik Bapaku tidak pernah “out of stock”. Tapi kerinduan-Nya: jangan ragu lagi, nak. Dua ding, satu lagi: “jangan bosan berharap dan merenungkan janji-Nya.” Gudangnya itu luas! Cerita ini cuma 1 buah bulu di badan kucing yang berewokan. hehe. Masih banyak lagi, ayo makanya yuk baca Alkitab. “Latihan badani terbatas gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (1 Tim 4:8). Puji Tuhan karena Firman-Nya YA! dan AMIN! for you and for me.

image

Merk sebuah pena tidak ditulis di daftar pustaka, hanya nama penulisnya.

pics taken from http://www.v3w.org/wp-content/uploads/2011/12/6733B4DA-C772-95D3-7AE0E23D3241A00F.jpg

2 comments: