How can we sing the songs of the LORD while in a foreign land? If I forget you, O Jerusalem, may my right hand forget its skill. May my tongue cling to the roof of my mouth if I do not remember you, if I do not consider Jerusalem my highest joy. (Psa 137:4-6)
Firman ini bicara kepadaku mengenai kekeringan suatu pujian atau nyanyian rohani. Jika bukan Tuhan yang menjadi sukacita terbesarku (my highest joy) dan jika aku melupakan-Nya, maka lebih baik aku lupa cara bermain gitar (“forget its skill”) dan lebih baik aku tidak bisa beryanyi (may my tounge cling to the roof of my mouth).
Sebab pujian berbicara mengenai sesuatu yang jauh lebih besar daripada skill gitar atau kemerduan suara. Pujian bicara soal hati yang mengingat Dia, yang bersukacita karena Dia lebih daripada alasan apapun. Bagaimana mungkin aku menerima sukacita sejati jika aku mencari-cari sukacita palsu dari tempat lain? Bagaimana mungkin aku bisa bernyanyi dan bermain gitar jika aku tidak berada di hadirat-Nya (while in a foreign land)? Hadirat-Nya yang manis itulah akar dari pujian dan penyembahan sejati.
Lead us to praise You with our heart desiring You as David did.
“Aku hendak menyanyi bagi Tuhan selama aku hidup, aku hendak bermazmur bagi Allahku selagi aku ada. Biarlah renunganku manis kedengaran kepada-Nya! Aku hendak bersukacita karena Tuhan.” (Mzm 104:33-34)
“di hadirat-Mu, kucari wajah-Mu, yang kurindu hanya diri-Mu, pribadi yang mengasihiku
bukan berkat-Mu, bukan kebaikan-Mu yang membuatku mengikuti-Mu, melainkan diri-Mu
sekalipun Kau tak menjawabku, sekalipun Kau tak lepaskanku, namun ku akan tetap menyembah-Mu, takkan kutukar dengan apapun.
Bagiku hanya Kaulah Tuhanku, tiada allah lain dalam hidupku. Takkan berhenti, ku ‘kan memuji-Mu. Tak’kan ku berhenti menyembah-Mu.”
What a song!
If it rhymes in my life, what a life!
I bet a JOY-ful life it is.
Lead us to that kind of worship, this is my prayer. In Jesus name, Amen.
Glory is to our God.
No comments:
Post a Comment