Monday, October 10, 2011

Kumengasihimu

Waktu ku menulis surat ini, aku merenung apa yang orang pikirkan tentang tulisanku. Mungkin ada beberapa orang yang akan mencelaku karena melihat kegagalan-kegagalan masa laluku.

Tapi tak apa, justru itu baik bagiku, karena tulisanku bukan tentang betapa sempurnanya hidupku, melainkan tentang betapa sempurnanya kasih Bapaku.

Kasih Bapa adalah kasih yang tak pernah mati. Kasih itu begitu kuat, bahkan lebih kuat daripada semua dosa dan kenajisanku. Bapa adalah pribadi yang selalu rindu untuk mendekatiku. Bahkan ketika kujatuh dan hidupku hancur berantakan, Dia tetap memanggilku “anak”.

Waktu itu, aku ingat aku datang ke tempat ibadah. Namun, aku sadclip_image002ar akan betapa hancurnya hidupku, dan aku merasa tidak layak dan putus asa. Aku merasa tidak mungkin pulih dari kehancuran ini. Lalu aku berdoa kepada Bapa: “Bapa, tunjukkan orang yang hidupnya lebih hancur, namun tetap masih bisa dipulihkan.” Lalu tak lama kemudian datang seorang perempuan maju ke mimbar. Ia bersaksi menceritakan hidupnya yang betul-betul hancur dan bagaimana Tuhan memulihkan hidupnya.

Bapa pulihkan hidupku. Ia menyucikan dan melepaskanku dari ikatan-ikatan dosa yang terus melilit hidupku. Bapa mengobati luka hatiku, Ia menerimaku di saat semua menolakku.

Kasih Bapa, cuma itu yang kuperlu. Seperti udara yang kuhirup, seperti itulah kasih Bapa. Tak bisa sedetikpun aku kehilangan-Nya.

Saat ini, siapapun dirimu, sehancur apapun hidupmu, seburuk apapun masa lalumu, datanglah pada Bapa. Bapa mengasihimu. Ceritakan semuanya, Dia mengerti sakit hatimu, Dia mengerti kelemahanmu. Dia sanggup menyembuhkanmu. Percayalah kepada Bapa.

Bapa:“Kumengasihimu, anakku.”

Merk sebuah pen tidak ditulis di daftar pustaka, hanya nama penulisnya

gambar dari http://images4.wikia.nocookie.net/__cb20110103063343/uncyclopedia/images/2/26/FatherAndSon.jpg

No comments:

Post a Comment