Tuesday, December 27, 2011

Dia Bukan Allah yang Jauh

-sebuah kesaksian-

Enak euy habis ngomong sama Tuhan.. Ngedengerin suaraNya.. Siapa sih yang nggak pengen kayak Musa? Jujur saja aku sangat iri dengan Musa. Bayangkan: “Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka seperti seseorang berbicara kepada temannya.” (kel 33:11)

Salah 1 kerinduan terbesarku adalah bisa bercakap-cakap dengan Tuhan. Aku pernah membaca buku “Hidup Bergaul Karib Dengan Tuhan”, sebuah buku yang menuliskan kesaksian hidup pak Yusak Cipto tentang Tuhannya, yang menceritakan banyak mujizat, namun intinya cuman 1: Pak Yusak bergaul karib dengan Tuhan. Dan buku itu membuatku iri. Kataku dalam hati: “akupun harus mengalami apa yang dialami pak Yusak”.

Aku iri dengan pak Yusak, aku iri dengan Musa. Ia Tuhan yang adil, akupun ingin mengalami apa yang mereka alami. Aku ingin bercakap-imagecakap dengan Bapaku sendiri. Aku ingin mendengar suara Bapaku sendiri.

Ingin sekali aku membagi ini. Tak tahan aku untuk tidak menulis. Membagi pengenalanku akan Tuhan. Kalau di Facebook ada pilihan “people you might know” untuk memperkenalkan seorang teman kepada teman yang lain. Aku ingin memperkenalkan Temanku, namaNya Tuhan.

Tuhan itu baik, kata orang. Tapi sebaik apakah Tuhan itu? Kalau aku ditanya seperti itu, aku akan bertanya balik, seberapa banyak waktu yang diberikan bagiku untuk menulis? Sebab terlalu banyak kebaikanNya dalam hidupku.

Dia Tuhan yang tak pernah menyerah dengan hidup kita…

Dosaku mungkin adalah kain kirmizi termerah dalam sejarah industri tekstil manusia. Tapi Bapaku tak pernah bosan duduk di teras rumah, menantikan aku kembali. Ia tak pernah menyerah. Sungguh ini kualami: Ia tak pernah menyerah dengan hidup kita. Buluh yang patah terkulai takkan diputuskanNya, sumbu yang pudar nyalanya takkan dipadamkanNya.

Dia Bapa yang “genit”

Suatu hari, aku pernah merenung mengapa Ia menciptakan aku begitu lemah. Mengapa aku begitu playboy. Dan mengapa Ia mengharapkan aku hidup kudus, padahal aku seorang yang begitu lemah. Sampai suatu hari, di sebuah Gereja, Ia menjawabku. Kulihat seorang ibu buta menyanyikan sebuah lagu dari Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ) yang takkan pernah kulupakan. Momen yang paling menyentuh hatiku adalah ketika ibu buta itu menyanyikan lirik “O Juruselamat, pegang tanganku..” Suaranya begitu indah,, namun aku merenung: “mengapa ibu ini buta?”

Mengapa aku begitu lemah? Mengapa ibu ini buta? Dua pertanyaan, satu jawaban. Agar aku dan ibu buta ini terus pegang tangan Tuhan Yesus. Sbab Ia Allah yang “genit”. Ia kepengen imagebanget tanganNya dipegang terus sama kita. Bapa itu genit banget. Ia kepengen banget deket sama kita terus.

Dia bukan Allah yang jauh…

Ketika kita bertanya, Ia menjawab. Ia ingin sekali mencurahkan isi hatiNya kepada kita. Ketika aku berbahasa roh, berdoa, dan memuji Tuhan, Ia memberitahuku firman apa yang akan kubaca sebelum aku membacanya. Ketika aku sedih dan butuh penghiburan, firman Tuhan menghibur kesedihanku, Ia menghiburku dengan firmanNya. Ia berbicara sangat spesifik. Ketika aku menambah waktuku membaca firman, menambah jam doaku, belajar bermain gitar dan memujiNya, menghadiri persekutuan doa, Ia semakin sering berbicara. Ketika aku menambah waktuku denganNya, Ia berbicara lebih banyak. Sungguh, Ia berbicara.

Seberapa besar kerinduan kita untuk mendengar suara Tuhan? Sebanyak itulah Ia berbicara kepada kita.

Seberapa banyak waktu yang kita sediakan untuk mendengar suaraNya? Sebanyak itulah Ia berbicara.

Rayulah Tuhan, berbicaralah kepadaNya, curahkanlah isi hatimu, bercandalah dengan Dia. Sebab Dia bukan Bapa yang jauh.

Mendengarkan dan mengetahui kesaksian hidup pak Yusak atau Musa memang membuat kita heran dan takjub,, seakan ada gelora di hati kita dengan hanya mendengarkannya saja. Namun mendengarkan kesaksian mereka tidaklah cukup. Bagaimana dengan hidup kita sendiri? Firman Tuhan tidak berkata “dengarlah dan ketahuilah betapa baiknya Tuhan itu”, melainkan “kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu”. Kita tidak mungkin “mengecap” dengan lidah orang lain, dan juga “melihat” dengan mata orang lain. Ia rindu kita mengalami kebaikanNya secara pribadi.

Hari ini Tuhan bertanya kepada kamu yang membaca tulisan ini, “maukah kamu ngobrol face to face dengan Aku? Sebab Aku begitu rindu (baca: darahKu kucurahkan untuk melakukan itu denganmu)..”

Ef 2:13: Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu “jauh” sudah menjadi “dekat” oleh darah Kristus.

ditulis 26 November 2008
diedit 28 Desember 2011

Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.

-Glory to God-

gambar diambil dari https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGx5pgrTOsOA4gILOP3vQHW6S9xvq7A8FVgSUMabLWepKuVRdVw2GeIbrnCfm0fu0STiobWcN7i3B620_A9bJl9Dry5lsjRb2fdnv0t66ZIBuGH6TmU6P4QyTSSI30kNWBgxfqTM10Lhk/s1600/holding-hands-photography-535693_1280_1024.jpg
http://files.myopera.com/BackFromTheGrave/blog/BFTG.trustingJesus1.jpg

No comments:

Post a Comment