Pernah gemes sama diri sendiri?
Pernah cubit-cubit pipimu sendiri di depan cermin?
Hehe,, pasti aneh yah kalo ada orang yang melakukan itu. Mungkin dia perlu cek kejiwaan. Tapi gimana kalo aku bilang bhw kamu sedang membaca tulisan “org yang perlu cek kejiwaan” itu? Hehehe. Masih mau baca?
Malah tambah penasaran ya? :P. Terkadang kita suka dengan yang aneh2. Kita bosan dengan sesuatu yang datar. Kita bosan dengan manna. Kita mau daging. Kita cari kesenangan kita. Bukan kesenanganNya. Sampai kita sadar kesenangan kita sama sekali tidak menyenangkan.
Dalam hidupku, aku mencari kesenangan dimana-mana. Aku mencarinya di meja billiard. Yang kudapat? Kesenangan sesaat ketika bola sembilan itu masuk olehku, sampai kusadar, ketika pelayan kembali mengambil bola itu dan mengembalikannya ke tengah-tengah meja.. Haha, capek2 aku mengeker bola itu. Capek2 aku memasukkannya, tapi pelayan itu dengan enaknya mengembalikan bola kuning itu ke tengah meja, dan parahnya: ia menyuruhku membayar setelah aku bosan bermain.
Aku mencarinya di gedung bioskop. Dua puluh film lebih kutonton sendirian. Hampir semuanya film bagus. Di gedung bioskop aku tertawa, melotot kalau filmnya seru, dan kadang terharu kalau filmnya “dalem”. Keluar dari gedung bioskop? Aku sadar, aku adalah orang kesepian yang membayar Rp.15.000,- hanya untuk mengatakan pada diriku sendiri: “mereka tak dapat menghiburku”.
Aku mencarinya di situs-situs porno. Awalnya enak, mataku terpuaskan oleh adegan2 itu. Lama-lama, koq hambar ya? Inikah yang disebut kesenangan? Inikah happiness itu? Apakah kesenangan itu sehambar ini? Semurahan ini?
Aku mencari kesenangan di banyak tempat lain. Sampai suatu saat, aku berkata pada diriku: aku lelah. Aku lelah mencarinya.
Lalu aku terbangun di siang bolong. Aku terbangun ketika aku sedang makan ampas, dan disebelahku ada babi-babi, juga lagi makan ampas yang sedang kumakan. Dan hatiku bertanya pada diriku, inikah kesenangan? Inikah kesenangan? Ketika aku makan makanan babi, bersama babi-babi. Inikah kesenangan?
Menangis, aku benar2 menangis melihat diriku. Melihat hidupku. Sampai tangan lembut itu memegang bahuku. Tangan yang begitu lembut, yang menerimaku apa adanya. Tangan yang menyembuhkanku. Tangan yang sentuhannya kukenal. Tangan yang menerima anakNya yang berbalik dengan hancur hati. Tangan Bapaku sendiri.
Pemilik tangan itu lalu berkata dengan suara yang terlalu lembut bagiku untuk menahan air mataku: “Nak, kamu boleh mencari kesenangan dimanapun, sampai kamu sadar, tak ada yang dapat menyenangkanmu selain diriKu.”
Sambil menangis aku berkata: “There is none like You”. Kupeluk Bapaku erat-erat, kupegang rambutNya, kucium pipiNya. Tak ingin kulepaskanNya lagi.
Pernah cubit-cubit pipimu sendiri di depan cermin?
Hehe,, pasti aneh yah kalo ada orang yang melakukan itu. Mungkin dia perlu cek kejiwaan. Tapi gimana kalo aku bilang bhw kamu sedang membaca tulisan “org yang perlu cek kejiwaan” itu? Hehehe. Masih mau baca?
Malah tambah penasaran ya? :P. Terkadang kita suka dengan yang aneh2. Kita bosan dengan sesuatu yang datar. Kita bosan dengan manna. Kita mau daging. Kita cari kesenangan kita. Bukan kesenanganNya. Sampai kita sadar kesenangan kita sama sekali tidak menyenangkan.
Dalam hidupku, aku mencari kesenangan dimana-mana. Aku mencarinya di meja billiard. Yang kudapat? Kesenangan sesaat ketika bola sembilan itu masuk olehku, sampai kusadar, ketika pelayan kembali mengambil bola itu dan mengembalikannya ke tengah-tengah meja.. Haha, capek2 aku mengeker bola itu. Capek2 aku memasukkannya, tapi pelayan itu dengan enaknya mengembalikan bola kuning itu ke tengah meja, dan parahnya: ia menyuruhku membayar setelah aku bosan bermain.
Aku mencarinya di gedung bioskop. Dua puluh film lebih kutonton sendirian. Hampir semuanya film bagus. Di gedung bioskop aku tertawa, melotot kalau filmnya seru, dan kadang terharu kalau filmnya “dalem”. Keluar dari gedung bioskop? Aku sadar, aku adalah orang kesepian yang membayar Rp.15.000,- hanya untuk mengatakan pada diriku sendiri: “mereka tak dapat menghiburku”.
Aku mencarinya di situs-situs porno. Awalnya enak, mataku terpuaskan oleh adegan2 itu. Lama-lama, koq hambar ya? Inikah yang disebut kesenangan? Inikah happiness itu? Apakah kesenangan itu sehambar ini? Semurahan ini?
Aku mencari kesenangan di banyak tempat lain. Sampai suatu saat, aku berkata pada diriku: aku lelah. Aku lelah mencarinya.
Lalu aku terbangun di siang bolong. Aku terbangun ketika aku sedang makan ampas, dan disebelahku ada babi-babi, juga lagi makan ampas yang sedang kumakan. Dan hatiku bertanya pada diriku, inikah kesenangan? Inikah kesenangan? Ketika aku makan makanan babi, bersama babi-babi. Inikah kesenangan?
Menangis, aku benar2 menangis melihat diriku. Melihat hidupku. Sampai tangan lembut itu memegang bahuku. Tangan yang begitu lembut, yang menerimaku apa adanya. Tangan yang menyembuhkanku. Tangan yang sentuhannya kukenal. Tangan yang menerima anakNya yang berbalik dengan hancur hati. Tangan Bapaku sendiri.
Pemilik tangan itu lalu berkata dengan suara yang terlalu lembut bagiku untuk menahan air mataku: “Nak, kamu boleh mencari kesenangan dimanapun, sampai kamu sadar, tak ada yang dapat menyenangkanmu selain diriKu.”
Sambil menangis aku berkata: “There is none like You”. Kupeluk Bapaku erat-erat, kupegang rambutNya, kucium pipiNya. Tak ingin kulepaskanNya lagi.
Lagu ini lebih daripada kumpulan kata-kata bagiku:
There is none like you
No one else can touch my heart like you do
I could search for all eternity long
And find there is none like you
Your mercy flows like a river wide
And healing comes from your hand
Suffering children are safe in your arms
There is none like you
-Lenny LeBlanc-
Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.
-Glory to God-
-Lenny LeBlanc-
Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.
-Glory to God-