Banyak orang tidak suka ditegur karena kesombongannya. Raja Ahab pernah berkata: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan selalu malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." (2 Taw 18:7).
Perhatikan kata: “dapat dimintai petunjuk Tuhan” dan “tetapi aku membenci dia”. Kenapa? Karena telinga ini sering gatal untuk pujian manusia tapi alergi terhadap teguran (sekalipun itu adalah dari Tuhan).
Raja Saul-pun jatuh karena ia merasa tidak perlu untuk mendengarkan suara kenabian. Penyebabnya: ia merasa lebih pintar, lebih bijak.
Sebelum perang dunia kedua, parlemen Inggris cenderung takut mendengar kata perang. Mereka lebih memilih diam dan berdamai dengan seorang tiran bernama Adolf Hitler. Sampai satu titik, mereka sadar bahwa mereka terancam, dan akhirnya keluar sebagai pemenang karena keberanian seorang pemimpin bernama Winston Churchill dalam menyuarakan kebenaran, yaitu menentang Hitler. Satu suara kebenaran sanggup membuat diam singa. Apabila suara ini ditutup, maka kejahatanlah yang menguasai.
Teman, kadang butuh obat pahit untuk membuat tenggorokan ini sembuh. Seorang yang menolak suara kenabian akan jatuh, sehebat dan sepintar apapun dia. Sebuah pelayanan akan runtuh ketika suara kenabian ditutup. Tuhan menghargai kerendahan hati dan hancur hati seperti yang ditunjukkan seorang Daud ketika ditegur nabi Natan. “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.” (Mat 51:19).
“Despise not prophesyings” (1 Thes 5:20).