Monday, February 4, 2013

Sampah!!!

Masuk aku ke ruang pembimbing disertasiku, kusapa dia dan dia menyapaku, semua nampak normal ketika itu. Seketika Ibu bule itu menatapku tajam, ia menyindirku karena mengirim draft tugas akhir beberapa jam sebelum pertemuan. Tegas dan tajam, ia lalu sampaikan 1 teguran yang takkan pernah kulupakan:

“Sampah!!!”

Manchester, impianku untuk lulus, semua hampir sirna. Teringat aku begitu frustrasi, beban ini begitu berat ‘tuk ditanggung sendiri. Kelulusan seperti fata morgana yang ada namun tiada.

Datang aku ke gereja, ibadahpun mulai, oh aku menangis tiada henti. Di kaki Tuhan aku menangis, berseru meminta pertolongan-Nya. Tuhan yang kusembah, mazmur dan kekuatanku, kota bentengku! Dia yang selalu menjawab orang yang berseru kepada-Nya, akankah Ia menolongku kali ini?

Hari demi hari kulewati, kegagalan demi kegagalan, kebangkitan demi kebangkitan, kemenangan demi kemenangan. Tuhan yang kuandalkan, dan Dia menolongku.

Empat belas Desember dua ribu dua belas, Ibu yang sama memberiku sertifikat penghargaan sebagai mahasiswa terbaik dalam komponen pengajaran subjurusan. Kami berfoto memegang sertifikat itu, satu hal yang membuatku takjub: ketika Tuhan bekerja, keadaan berubah drastis. Air diubah-Nya jadi anggur, kematian jadi kehidupan, nelayan sombong dan keras kepala jadi penjala jiwa yang begitu mengasihi Dia, penyiksa penginjil jadi penginjil yang rela disiksa demi Kristus, studi yang “sampah” jadi juara!

Adakah satu hal yang tidak bisa Ia ubah? Adakah satu yang tidak bisa Ia pulihkan?

*

“Dek, apa yang kamu ingin orang ingat darimu ketika kamu dikubur?” begitu tanya Abang PA ku kepadaku. Ketika itu, aku tidak bisa menjawab, aku terlalu takjub dengan pertanyaan anehnya itu. Kini aku tahu jawabannya: tak usah mengingat keberhasilanku, tak usah mengingat apa yang bisa kulakukan, namun ingatlah kegagalanku, ingatlah kejatuhanku, ingatlah apa yang tak bisa kulakukan, dan ingatlah kasih karunia Tuhan yang membangkitkanku dan membuat semua yang mustahil itu jadi mungkin. Sebab puji hormat dan kemuliaan hanya bagi Dia.

1 Korintus 15:10 “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia yang menyertai aku.”

Merk sebuah pena tidaklah ditulis di daftar pustaka, hanya nama penulisnya. Worship God!