Thursday, June 30, 2011

Beruang Besar + Nasi Padang + Musim-musim = JANGAN KUATIR


Mat 6:32b-34:
“Akan tetapi, Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

“Akan tetapi, Bapamu yang di sorga tahu bahwa kamu memerlukan semuanya itu...”

Jack, seekor kucing 15 pon dengan warna putih-oranye, ditugaskan tuannya untuk menjaga halaman belakang rumah yang ia huni. Dia selalu menakut-nakuti tikus dan binatang kecil lainnya yang ingin masuk. Suatu hari, pemilik rumah terkejut melihat Jack sedang duduk tepat dibawah pohon sambil memandang ke atas pohon tersebut. Ia memandangi seekor beruang hitam gendut besar yang ketakutan padanya sehingga memanjat pohon. Bagaimana mungkin seekor beruang hitam gendut besar takut akan seekor kucing kecil? Apa yang beruang tersebut pikirkan?

image

Pertanyaan yang lebih ironis bagi kita adalah bagaimana mungkin kita takut dan kuatir ketika menghadapi masalah yang kecil? padahal Bapa kita yang di Sorga begitu besar. Ia tahu akan apa yang kita perlukan. Ia “mau” dan “mampu” memenuhi kebutuhan kita. Bagaimana mungkin kita masih kuatir?

Masalahnya bukanlah “Apa yang kita lihat” tapi “Bagaimana kita melihatnya?”

Ø “Apa yang kita lihat?” akan mengatakan: “Waktumu tidak cukup!” atau “studiku hancur!”  atau “ia tidak mungkin mengampunimu!” atau “aku tidak bisa memuridkan” atau “mana mungkin anak rohanimu berubah, apalagi berbuah?!”

Ø Tapi “Bagaimana kita melihatnya” akan mengatakan: “Masa depan ada di tanganNya! Janganlah kerajinanmu kendor!” atau “kesanggupanku ialah pekerjaan Allah” atau “keturunan rohaniku akan sebanyak bintang di langit” atau “Ia yang mengubah gunung batu mejadi kolam air, dan mengubah batu yang keras menjadi mata air, bagaimana mungkin Ia tidak bisa mengubah hati temanmu dan anak rohanimu?!”

<dikutip dan dimodifikasi dari Our Daily Bread, 22 May 2008>

“Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu..”

“TAMBAH nasi Da!”, kataku kepada si “Uda” di suatu restoran Padang. Tak beberapa lama kemudian si “Uda” datang dan membawakan nasi tambahan yang di-request perutku. Sebelumnya, aku sama sekali tidak berencana untuk tambah nasi, fokusku adalah makan nasi dan rendang yang pertama kali kupesan.

Demikian pula fokus orang yang tidak kuatir, fokusnya mencari kerajaan Allah dan kebenarannya, itu adalah nasi dan rendang yang pertama kali ia pesan. Makanan, pakaian, popularitas, dan uang adalah “nasi tambahan” yang tidak terlalu dipikirkannya.

TUHAN Yesus adalah tipe ini, nasi padang dan rendang-Nya adalah melakukan kehendak ALLAH. Yang lain cuma tambahan.

“Sebab itu, janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari..”

Ada banyak musim di bumi ini. Ada musim hujan, kemarau, dingin, panas, semi, gugur, dll. Masing-masing musim memiliki tantangannya sendiri: Kalau musim panas, tubuh berkeringat, di angkot sumpek-sumpekan, gak betah rasanya. Kalau musim salju, badan menggigil, bisa kena flu. Kalau musim hujan, uda becek, gada ojek lagi, :p.

Orang yang kuatir adalah orang yang “menggigil” pada musim panas dan “keringatan” pada musim dingin. Saat musim panas datang, dan musim dingin masih lama, ia terus berpikir dan berpikir terus. “Bagaimana nanti kalau turun salju?” Ia “menggigil” saat matahari bersinar panas.

Masalah hari esok harusnya tidak membuat kita “bermasalah” pada hari ini. Tiap musim punya tantangannya sendiri. Kesusahan satu musim cukuplah untuk satu musim. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.

WHY kita gak perlu kuatir? Karena kita punya “Beruang Besar” yang menjagai kita, Bapa kita sendiri. “Kuatir” tidak akan menambah sehastapun pada tanah kita, tapi “iman” akan memindahkan gunung batu.

HOW orang yang gak kuatir hidup?

1. Ubah cara pandang! Pakai kacamatanya Bapa! Gimana caranya? Dengerin firman Tuhan! Cara pandang seseorang dapat dilihat dari kata-katanya. Cara pandang Bapa kita dapat dilihat dari Firman-Nya. Apa yang terlalu sulit buat kita, terlalu gampang buat Dia Smile with tongue out

2. Ubah lokasi pandang! Ubah fokus kita! Jadikan kerajaan Allah dan kebenarannya sebagai “nasi padang dan rendang” kita, sedangkan yang lain (makanan, pakaian, uang) sebagai “nasi tambahan kita”. Pikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bawah!

3. Pandanglah apa yang harus dipandang saat ini! Jangan biarkan kesusahan hari besok menambah kesusahan hari ini! Jangan menjadi “orang yang menggigil pada musim panas”!

Ketika Tuhan Yesusku berkata “Jangan kuatir”, Ia tidak sedang bermain-main. Kata “JANGAN” pada “JANGAN kuatir!” setara dengan kata “JANGAN” pada “JANGAN mebunuh!” atau “JANGAN mencuri!” atau “JANGAN berzinah!” atau “JANGAN mengucapkan saksi dusta!”. Karena Dia TIDAK SUKA pada kata “KUATIR”!

Bagi-NYA: Orang yang kuatir = Orang yang meragukan-Nya.

Aku belum pernah menjadi seorang ayah, tapi aku yakin adalah sangat menyakitkan bagi seorang ayah, bila anaknya meragukannya.

image

-Glory to God-

Monday, June 27, 2011

Perjalanan ke Dufan yang Mengubahkan Hidupku

Haha. Serem pisan ni judulnya, judul tulisan orang2 melow yang lebay banget (Puji Tuhan buat karakter yang sedang dibentuk, hwehwe). But, I write this writing in a very happy mood (which is impossible if u look at my face when I got up this morning) ;p.

Okay here it goes, happy reading folks.

Beberapa hari lalu aku ke Dufan (Dunia Fantasi) bareng temen2 kerjaku. Setelah nari-nari di kamar bersama Abg PA (sebut saja BP). Haha, Yah, Abg itu tahu aku ga kan bisa lah menikmati Dufan, soalnya emg dunia memang tak bisa menghibur hatiku (ceilehhh) haha.

Pas di Dufan, aku melihat film 4D Dora, bla bla bla (btw hati-hati pas nonton Dora di Dufan, ntar ada yang nyipratin air, pdhl gak seru bgt filmnya). Tp bukan ini inti ceritanya. Huehue. Lalu aku masuk wahana, yang ada pertunjukan hewan-hewan yang “pinter”.

Pertama ada si burung (gtau jenis apa) yang bisa joget, bisa masukin gelang ke tempatnya. Prok prok prok prok, penonton tepuk tangan, keren pisan.

Terus ada si tikus laut gitu yang bisa maen bola basket, bisa slam dunk, bisa bawa gerobak bakso, wah pokonya mereka keren banget.

honey bearTerus ada lagi si beruang madu, yang letoy tapi pinter, masa dia bisa nangkep bola, ud ky kiper beneran aja. Bisa naek sepeda juga lagi. Ckckck, mantaplah pokonya.

Trakhir yang paling jengjengjeng antiklimaks, haha, si kuda nil yang kerjanya makan doang, gede banget dia. Pisang 1 kepok di makan langsung ga nyampe 5 menit (buat yang rakus bertobat, hehe).

Tapi temen2, aku merasakan sesuatu yang aneh ketika aku melihat pertunjukan itu.

SERIUS MODE: ON.

Rohku berbisik, “lihat mereka vid, semuanya taat sama instruktur mereka, kamu tahu kenapa? mereka selalu diberi makan setiap kali sebelum mereka mau melakukan perintah instrukturnya.”

Hewan2 itu begitu taat sama instrukturnya, tapi mereka taat karena ada pancingan makanan. Setiap gerakan yang taat selalu dipancing dengan makanan. Dan kalau mereka tampil dengan baik, mereka diberi upah (makanan) lagi.

Lalu rohku berbisik lg: "bukankah kamu sering begitu? Taat untuk mendapatkan berkat? Taat kalau diberi berkat?”

Kata-kata itu menusuk hatiku. Begitu tajam! Aku sadar aku menertawakan hewan2 itu, tapi terkadang aku bersikap sama seperti mereka. Aku mau lakukan apa yang Tuhan mau, kalau Tuhan mau memberkatiku. Aku taat supaya mendapatkan berkat-Nya.

Pagi ini, ketika aku bersaat teduh, aku memulainya dengan sungut-sungut karena pergumulan yang begitu berat. Begitu tertekan jiwaku, karena Dia tidak menjawabku, karena Dia tidak melepaskanku.

Lalu Tuhan berbicara padaku. “Kamu tahu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego? Ketika mereka diancam akan dimasukkan ke dalam perapian yang menyala-nyala karena nama-KU, apa jawab mereka?”
“Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” (Dan 3:17-18)

perapian

These words are so strong, even now when I’m writing this, I feel the Holy Spirit talks so deep. So deep. So deep, to you and me. Sekalipun Dia tidak melepaskan aku, aku tidak akan menyembah patung itu! AKU AKAN TETAP MENYEMBAH ALLAHKU.

What a praise! Pujian sejati keluar dari mulut seseorang yang menyembah-Nya bukan karena berkat-Nya, bukan untuk mendapatkan berkat-Nya. Tapi karena kasih-Nya pada Tuhan, karena dia tahu bahwa hidupnya telah ditebus oleh Kekasihnya. Love is the reason why we praise Him, it is not to get His blessing, it is love. It is love alone.

Berkat Tuhan bisa membuat kita jauh dari Dia, tapi kemuliaan dan kasih-Nya akan mengubahkan hidup kita.

Saulus menjadi Paulus bukan karena ia mendapatkan berkat-Nya, tapi karena ia melihat kemuliaan-Nya dan kasih-Nya pada orang-orang kudus-Nya dan kepada dunia yang terhilang.

Seek not His blessing my friends, seek His face.
tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu”

with fire and love. Beloved, God loves u. Praise Him not because of His blessing, but because you love Him, for He loves u first Smile.

-merk sebuah pen tidaklah ditulis di daftar pustaka, tapi hanya nama Penulisnya-

Monday, June 20, 2011

The Risk of Being Loved

Siapa diantara kita yang tidak mau dicintai? Aku yakin tidak ada. Semua mau dicintai. Dunia butuh kasih atau cinta atau love, apapun namanya itu. Dunia butuh cinta. Lebih spesifik: kita butuh dicintai.

Dicintai itu asyik, diperhatiin, dipikirin, dan dihibur ketika kita sedih oleh orang yang sangat mencintai kita. But, I want to tell you the truth about love. There is a risk of being loved. Being loved by the one whose being is LOVE itself (GOD Himself).

Saya ingin bercerita sedikit tentang kisah seorang yang disebut: “a man after God’s own heart”. Seorang raja Israel bernama Daud, yang namanya berarti: BELOVED (yang dikasihi).

Ketika Daud pada masa mudanya diurapi Nabi Samuel menjadi seorang raja, aku membayangkan satu RT heboh! Seandainya itu terjadi pada zaman sekarang, semua warga potong kambing dan sapi, bikin pesta. Papanya juga pasti nggak bisa tidur mikirin anaknya bakal dilantik menjadi raja. Mungkin dia membayangkan tinggal di istana, mendadak jadi orang kaya.

Semua seperti berjalan lancar ketika Daud menjadi pahlawan Israel, mengalahkan Goliat, raksasa dari Filistin. Semakin jelas kemana arah hidup Daud, semakin terbuka pintu istana baginya. Bukan cuma itu, si Daud ini dipilih jadi pemain musik kerajaan untuk mengusir setan-setan yang mengganggu raja Saul. Posisi Daud semakin naik, promosi demBELOVEDi promosi dialaminya. Ngga stop sampe disitu, Daud ini juga dipilih jadi panglima tentara Israel (mungkin kalau sekarang, jadi menteri pertahanan negara). Dan, ga cukup sampe disitu, Daud dijadikan menantu raja. Sudah jelas sekali sepertinya arah hidup Daud. Jalan tol masuk istana sudah dibuka bagi raja baru Israel. But God has other plan for David. Dia membuat susah jalan Daud. Daud difitnah, mau dibunuh, terbuang dari kerajaan, jadi buronan.

Janji-Mu sperti fajar pagi hari? Tak-kan pernah terlambat ‘tuk bersinar? Mungkin dan sangat mungkin Daud mengeluh. Malam kemarin dia calon raja Israel, pagi ini dia buronan kerajaan Israel. Janji-Nya jelas, suara-Nya amin, urapan minyak di kepalanya masih dia ingat, itu bukan mimpi, itu kenyataan, tak usah diragukan lagi. Tapi buktinya: NIHIL! (waktu itu). 99 dari 100 orang akan berkata “WHY GOD?” dan melanjutkan dengan “BUKANKAH KAU BERFIRMAN bla bla bla.” But, David is different. He knows He loves God and God loves Him. That’s why He gives thanks no matter what happen in His life. He believes that GOD IS GOOD and HE WAS, IS, AND WILL ALWAYS BE A GOOD GOD.

Nama Daud berarti “BELOVED” atau “YANG DIKASIHI”. Dan firman ini berlaku buat KITA SEMUA yang PERCAYA TUHAN MENGASIHI KITA: “karena Tuhan menghajar (mendisiplin) orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah (membuat jera) orang yang diakui-Nya sebagai anak.” (Ibrani 12:6) “Because the LORD disciplines the one he loves,  and He chastens everyone He accepts as His son.” (NIV). The risk of being loved, Smile.

Kamu susah? Janji Tuhan sepertinya ga jadi-jadi? Harusnya raja malah jadi buronan? Itu bagus, karena kamu dikasihi TUHAN. GOD is making a butterfly out of a cocoon. If it’s easy, you will never learn to depend only on Him. (kalau terlalu mudah, kita tak’kan pernah belajar bergantung pada-Nya). If it’s easy, you will never learn to put your trust only in Him. (kalau terlalu mudah, kita tak’kan pernah belajar untuk percaya dan berharap hanya kepada-Nya). Give thanks for all the trials, all the waitings, long-sufferings, the chosen people God’s provide around you who educate and discipline you (bersyukur untuk mereka yang membentuk karakterku ;p), love God not because of His blessing, but because of who He is: “Your father, who wants the best of you, and really2 wants to show you how He loves you, and really really really wants you to trust Him, He wants you to depend solely on Him.” Amen.

GBU, beloved ;p

Merk sebuah pen tidaklah dicantumkan di daftar pustaka, nama penulisnyalah yang dicantumkan.

-Glory to God-

Saturday, June 11, 2011

Lihat Kebunku

Ayat saat teduh hari ini sangat merhema bagiku:

“Sampai dicurahkan kepada kita Roh dari atas: Maka padang gurun akan menjadi kebun buah-buahan, dan kebun buah-buahan itu akan dianggap hutan.” (Yes 32:15)

Masa padang gurun adalah masa penantian. Penantian itu nggak enak, setuju? Yah emang ga enak, kalo kita mau jujur pada diri kita sendiri. Tapi aku percaya, Tuhan mau membuat padang gurun itu menjadi kebun buah-buahan. Maksudnya? Tuhan rindu kita hidup dalam Roh dalam menantikan janji-Nya. Hidup di dalam Roh berarti intim dengan Roh Kudus, dan memberi diri dipimpin oleh Roh Kudus. Janji Tuhan kalau kita hidup dalam Roh adalah kita akan berbuah. Kita akan hasilkan buah-buah Roh, yaitu: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.” (Gal 5:22-23)

Asyik ya? Hehe. Ketika aku menanti di padang gurun, aku senang karena Tuhan membuat padang gurun itu menjadi kebun buah-buahan. Di situ ada buah kasih, ada buah sukacita, ada buah damai sejahtera, ada buah kesabaran, ada buah murah hati, ada buah kebaikan, ada buah kesetiaan, ada buah kelemahlembutan, dan ada buah penguasaan diri. FruitsBuahnya wuenak-wuenak, pasti orang lain bakal suka juga mampir ke kebun kita. So, padang gurun? Siapa takut! Roh Kudus kuandalkan, Dia ubah padang gurunku menjadi kebun buah-buahan. Dia ubah karakterku, dan itu ga bisa kubeli dengan uang berapapun.

Lihat kebunku, penuh dengan buah, karena Roh Kudus menjadikan semuanya indah. Sekalipun menulis kata-kata ini sulit bagiku, tapi aku tahu ini benar dan aku akan tetap menulisnya: “Kita harus berdoa bukan hanya untuk berkat-Nya saja, tapi untuk pendidikan-Nya dalam hidup kita.” God’s education, by faith, is the gold we need to pursue. Amin.

-Glory to God-

Thursday, June 9, 2011

SMILE

Smile becomes natural when I’m close with Him. TERPESONA ku s’lalu dibuat-NYA. Mr.BeanWhat a Loving Father HE IS.
BTW, He loves you too
Smile